Fungisida Tanaman: Senjata Ampuh Lawan Jamur Tanaman
Tanaman yang sehat bukan hanya sedap dipandang, tetapi juga menentukan kualitas dan jumlah panen. Salah satu musuh utama tanaman adalah jamur. Serangan jamur bisa menyebabkan daun bercak, busuk, mengering, hingga tanaman mati total. Di titik inilah fungisida memegang peran penting sebagai “perisai” bagi tanaman.
Agar penggunaan fungisida pada tanaman benar-benar tepat, kita perlu memahami apa itu fungisida, bagaimana cara kerjanya, apa saja jenis dan produknya, serta bagaimana memakainya secara aman dan ramah lingkungan.
Daftar isi:
- Apa Itu Fungisida?
- Cara Kerja Fungisida pada Tanaman
- Jenis-Jenis Fungisida Tanaman
- Contoh Produk Fungisida di Pasar Indonesia
- Hal-Hal Penting Sebelum Menggunakan Fungisida
- Kesimpulan
- FAQ Seputar Fungisida dan Tanaman
Apa Itu Fungisida?
Fungisida adalah zat kimia atau biologis yang digunakan untuk mencegah, menghambat, atau membunuh jamur penyebab penyakit pada tanaman. Dalam budidaya tanaman modern, fungisida digunakan pada pertanian, perkebunan, hingga tanaman hias rumahan.
Secara garis besar, fungisida dipakai dengan dua tujuan:
- Melindungi tanaman sehat dari infeksi jamur.
- Mengendalikan penyakit jamur yang sudah menyerang tanaman.
Namun, fungisida bukan satu-satunya solusi. Pengelolaan penyakit tanaman tetap harus dikombinasikan dengan pemilihan varietas tahan, sanitasi lahan, pengaturan air, dan pemupukan seimbang. Fungisida hanyalah salah satu alat dalam strategi pengelolaan tanaman yang utuh.
Setelah memahami definisinya, sekarang kita beralih ke hal yang tak kalah penting: bagaimana fungisida bekerja di tanaman.
Baca juga:
Cara Kerja Fungisida pada Tanaman
Cara kerja fungisida menentukan strategi aplikasi di lapangan. Secara umum, cara kerja fungisida dibagi menjadi tiga: kontak, translaminar, dan sistemik.
1. Fungisida Kontak
Fungisida kontak bekerja di permukaan tanaman. Zat aktifnya tidak masuk ke dalam jaringan tanaman, tetapi melindungi bagian luar seperti daun, batang, dan buah.
Ciri-ciri utama fungisida kontak:
- Bekerja hanya di area yang terkena semprotan.
- Lebih berperan sebagai pencegah infeksi jamur.
- Rentan tergerus hujan jika formulasi tidak tahan luntur.
- Butuh penyemprotan merata agar seluruh permukaan tanaman terlindungi.

Fungisida kontak ideal untuk perlindungan awal atau program pencegahan penyakit, terutama saat kondisi cuaca mendukung perkembangan jamur.
2. Fungisida Translaminar
Fungisida translaminar diserap oleh jaringan daun dan bergerak menembus dari satu permukaan ke permukaan lainnya, tetapi tidak tersebar jauh ke seluruh tanaman.
Ciri-ciri fungisida translaminar:
- Diserap daun, lalu menyebar ke lapisan daun yang berlawanan.
- Dapat melindungi kedua sisi daun walau hanya satu sisi yang disemprot.
- Efektif mengendalikan infeksi yang sudah mulai terjadi di daun.
Jenis ini membantu saat penyemprotan tidak bisa menjangkau seluruh sisi daun, misalnya pada tanaman yang tajuknya rimbun.
Baca juga: Cara mengatasi Busuk Akar pada Tanaman Anda!
3. Fungisida Sistemik
Fungisida sistemik diserap tanaman dan dialirkan melalui sistem pembuluh (xilem, kadang juga floem). Dengan begitu, fungisida dapat bergerak dari satu bagian ke bagian lain.
Ciri-ciri fungisida sistemik:
- Melindungi bagian tanaman yang tidak langsung terkena semprotan.
- Efektif untuk mengendalikan penyakit jamur yang menyerang jaringan dalam.
- Memiliki masa perlindungan relatif lebih lama.
- Biasanya lebih spesifik dan wajib digunakan sesuai dosis label.
Setelah gambaran cara kerja ini jelas, kita bisa lebih mudah memahami ragam jenis dan formulasi fungisida yang tersedia.
Jenis-Jenis Fungisida Tanaman
Fungisida dapat dikelompokkan dari berbagai sudut. Dalam praktik, dua pengelompokan yang paling bermanfaat bagi petani dan penghobi tanaman adalah: berdasarkan spesifitas dan berdasarkan bentuk/formulasi.
A. Berdasarkan Spesifitas: Selektif vs Non-Selektif
- Fungisida Selektif
Fungisida selektif menarget kelompok jamur tertentu.
- Bekerja spesifik pada jenis atau golongan jamur yang jelas.
- Biasanya memiliki mekanisme kerja khusus, misalnya menghambat pembentukan dinding sel jamur tertentu.
- Cocok untuk program pengendalian penyakit yang sudah terdiagnosis dengan jelas. Keuntungannya, organisme non-target (jamur menguntungkan, mikroba tanah) lebih sedikit terganggu. Namun, penggunaan yang tidak tepat bisa mempercepat timbulnya resistensi.
- Fungisida Non-Selektif (Broad Spectrum)
Fungisida non-selektif bekerja terhadap banyak jenis jamur.
- Dapat melindungi tanaman dari berbagai penyakit jamur sekaligus.
- Umumnya dipakai sebagai “baseline” dalam program perlindungan.
- Cocok pada kondisi lapangan yang berisiko tinggi terhadap beberapa penyakit jamur.
Dalam praktik, petani sering merotasi fungisida selektif dan non-selektif untuk menjaga efektivitas dan mencegah jamur menjadi kebal.
B. Berdasarkan Bentuk/Formulasi
Fungisida tersedia dalam banyak bentuk di pasaran Indonesia. Beberapa yang paling umum:
- Cair (SL, SC, EC, dll.)
- Bentuk larutan atau suspensi yang mudah dicampur air.
- Praktis untuk penyemprotan dengan sprayer tangan maupun mesin.
- Banyak digunakan untuk fungisida sistemik dan translaminar.
- Pekatan (Concentrate)
- Harus diencerkan terlebih dahulu sesuai anjuran.
- Efisien dalam hal kemasan dan penyimpanan.
- Umumnya dipakai pada skala pertanian menengah hingga besar.
- Serbuk Basah / Wettable Powder (WP)
- Berbentuk tepung yang dicampur air sebelum disemprot.
- Sering bersifat kontak atau semi-sistemik.
- Membutuhkan pengadukan yang baik agar tidak mengendap.
- Granul / Serbuk Tebar (GR)
- Ditaburkan langsung ke media tanam atau tanah.
- Cocok untuk penyakit akar dan pangkal batang.
- Praktis pada area luas atau di persemaian.
Dengan mengenali jenis dan bentuk fungisida, sekarang kita bisa melihat contoh produk nyata yang banyak digunakan di Indonesia.
Contoh Produk Fungisida di Pasar Indonesia
Di pasaran Indonesia, banyak produk fungisida beredar dengan berbagai merek dan bahan aktif. Berikut beberapa contoh yang cukup populer dan sering diaplikasikan pada berbagai tanaman:
1. Amistar Top
- Kombinasi bahan aktif: azoxystrobin + difenoconazole (berdasarkan registrasi umum).
- Termasuk fungisida sistemik dan translaminar.
- Spektrum luas, efektif untuk bercak daun, hawar, busuk buah, dan embun tepung pada tanaman hortikultura dan pangan.
2. Mankozeb (berbagai merek dagang)
- Bahan aktif: mancozeb.
- Fungisida kontak spektrum luas.
- Banyak digunakan untuk pencegahan bercak daun dan hawar pada padi, sayuran, dan buah-buahan.
3. Acrobat
- Bahan aktif umum: dimetomorf (sering dikombinasikan dengan bahan lain).
- Bekerja kuat pada jamur Oomycetes seperti penyebab busuk daun dan busuk buah (misalnya pada kentang dan tomat).
- Bersifat sistemik lokal dan translaminar, efektif untuk daun dan buah.
4. Envoy
- Merek ini bisa memiliki formulasi berbeda antar produsen, namun umumnya termasuk fungisida sistemik atau translaminar.
- Dipakai pada beberapa komoditas untuk mengendalikan penyakit daun.
- Penting untuk selalu mengecek label tiap produk karena variasi bahan aktif cukup besar.
5. Cevya
- Mengandung bahan aktif dari golongan triazole generasi baru (registrasi bisa berbeda per negara).
- Termasuk fungisida sistemik dengan mekanisme kerja spesifik menghambat biosintesis ergosterol.
- Digunakan untuk mengendalikan penyakit jamur penting pada tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.
6. Ultradap
- Di pasaran Indonesia, Ultradap dikenal sebagai pupuk fosfat tinggi (monoammonium fosfat) yang sering dimanfaatkan juga untuk menunjang ketahanan tanaman.
- Bukan fungisida murni, tetapi pemupukan fosfat yang tepat dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit, termasuk serangan jamur.
- Sering dikombinasikan dalam program pemupukan dan perlindungan tanaman secara terpadu.
7. Antracol
- Bahan aktif: propineb.
- Fungisida kontak spektrum luas.
- Banyak digunakan pada sayuran, buah, dan tanaman perkebunan untuk penyakit bercak daun dan busuk buah.
- Memberikan efek pelindung yang baik pada permukaan daun.
8. Dithane M-45
- Bahan aktif: mancozeb.
- Fungisida kontak broad spectrum yang sangat populer.
- Dipakai pada berbagai tanaman (padi, cabai, tomat, kentang, dll.) untuk mencegah bercak daun dan hawar.
9. Score
- Bahan aktif: difenoconazole.
- Fungisida sistemik dari golongan triazole.
- Efektif mengendalikan penyakit seperti bercak daun, antraknosa, dan embun tepung pada berbagai tanaman.
10. Ridomil Gold
- Kombinasi bahan aktif: metalaxyl-M + mancozeb.
- Menggabungkan sifat sistemik (metalaxyl-M) dan kontak (mancozeb).
- Umum digunakan pada tanaman kentang, tomat, dan beberapa tanaman lainnya untuk penyakit busuk daun dan penyakit akar tertentu.
Perlu diingat, selalu baca label, periksa tanaman sasaran dan penyakit yang tercantum, serta ikuti petunjuk dosis. Di samping fungisida sintetis ini, kini semakin banyak petani dan penghobi tanaman yang mulai melirik fungisida organik sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan.

Baca juga: Ancaman Virus Tanaman: Cara Ampuh Mengatasinya
Hal-Hal Penting Sebelum Menggunakan Fungisida
Penggunaan fungisida pada tanaman harus mempertimbangkan banyak aspek agar efektif sekaligus aman. Berikut beberapa hal krusial yang perlu diperhatikan.
1. Efektivitas terhadap Jamur Sasaran
Pastikan dulu fungisida yang dipilih memang sesuai untuk jamur yang menyerang tanaman:
- Kenali jenis tanaman (padi, cabai, anggrek, tanaman hias indoor, dll.).
- Identifikasi penyakit: bercak daun, karat, embun tepung, busuk akar, busuk buah, dan lainnya.
- Cocokkan dengan spektrum kerja fungisida (selektif atau non-selektif).
Langkah ini membantu menghindari pemborosan dan meminimalkan risiko jamur menjadi kebal.
2. Dosis dan Cara Aplikasi
Dosis yang tepat adalah kunci keberhasilan pengendalian jamur pada tanaman:
- Jangan menurunkan dosis seenaknya, karena jamur bisa hanya “setengah mati” lalu menjadi resisten.
- Jangan menaikkan dosis secara berlebihan, karena risiko fitotoksik (daun terbakar, tanaman stres) dan residu kimia bisa meningkat.
- Gunakan alat ukur yang jelas dan campur larutan sampai homogen.
- Pilih waktu semprot pagi atau sore, ketika suhu tidak terlalu tinggi dan angin tidak kencang.
3. Diagnosa Penyakit Jamur pada Tanaman
Banyak masalah tanaman yang dikira jamur, padahal bukan. Supaya tidak salah, lakukan langkah berikut:
- Amati gejala di beberapa tanaman, jangan hanya satu.
- Gunakan referensi terpercaya (buku penyakit tanaman, website ilmiah, penyuluh).
- Perhatikan apakah ada serangga, gejala kekurangan nutrisi, atau kerusakan akar karena genangan air.
- Bila ragu, konsultasikan ke ahli atau komunitas tanaman yang kredibel.
Dengan diagnosa yang tepat, pemilihan fungisida akan jauh lebih akurat.
4. Pertimbangan Fungisida Organik dan Ramah Lingkungan
Selain fungisida sintetis, kini semakin banyak orang mempertimbangkan fungisida organik yang lebih ramah lingkungan. Fungisida organik biasanya berbahan:
- Senyawa alami (misalnya ekstrak tanaman tertentu).
- Mineral yang diizinkan dalam standar organik (misalnya sulfur, beberapa formulasi tembaga).
- Agen hayati (mikroorganisme menguntungkan yang melawan jamur patogen).
Baca juga: Cara Membuat Fungisida Alami: Panduan Praktis untuk Anda
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat memilih fungisida organik:
- Kesesuaian dengan sistem budidaya: ideal untuk pertanian organik, urban farming, dan tanaman hias di rumah.
- Tingkat efektivitas: seringkali bekerja lebih “halus”, sehingga perlu aplikasi lebih sering dan sejak gejala awal.
- Dampak terhadap lingkungan: umumnya lebih aman bagi mikroba tanah, serangga menguntungkan, dan kualitas tanah jangka panjang.
- Ketersediaan di pasaran: tidak semua daerah memiliki akses mudah ke fungisida organik berkualitas.
Menggabungkan fungisida organik dengan praktik budidaya yang baik (sanitasi lahan, pemangkasan bagian sakit, sirkulasi udara yang cukup) bisa menjadi strategi pengendalian jamur yang lebih berkelanjutan.
5. Efek Berbahaya bagi Manusia dan Lingkungan
Fungisida, terutama yang sintetis, berpotensi menimbulkan risiko kesehatan jika tidak digunakan dengan benar. Untuk mengurangi risiko:
- Gunakan APD: masker, sarung tangan, kacamata pelindung, dan pakaian tertutup saat menyemprot.
- Ikuti petunjuk jarak panen (PHI), jangan panen sayur atau buah sebelum waktu tunggu habis.
- Simpan produk di tempat aman, jauh dari jangkauan anak-anak, makanan, dan air minum.
- Buang kemasan bekas secara benar, jangan dibakar sembarangan atau dibuang ke sungai.
Dengan mempertimbangkan semua hal ini, penggunaan fungisida dapat menjadi bagian dari sistem budidaya yang cerdas dan bertanggung jawab.
Baca juga: STOP Antraknosa! Kuasai Cara Jitu Pembasmiannya!
Kesimpulan
Fungisida adalah alat penting untuk melindungi tanaman dari serangan jamur yang merugikan. Pemahaman tentang definisi, cara kerja (kontak, translaminar, sistemik), jenis, serta berbagai contoh produk di pasaran Indonesia membantu kita memilih dan menggunakannya dengan tepat.
Namun, penggunaan fungisida pada tanaman tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Diagnosa penyakit harus akurat, dosis wajib sesuai, dan aspek keselamatan manusia serta lingkungan harus menjadi prioritas. Di saat yang sama, fungisida organik dan pendekatan budidaya ramah lingkungan patut dipertimbangkan sebagai bagian dari strategi pengendalian penyakit yang berkelanjutan.
Pada akhirnya, tanaman sehat bukan hanya soal panen melimpah, tetapi juga soal bagaimana kita merawat bumi dan kesehatan diri sendiri.
FAQ Seputar Fungisida dan Tanaman
1. Apa fungsi utama fungisida pada tanaman?
Melindungi dan mengendalikan penyakit jamur pada tanaman agar pertumbuhan dan hasil panen tetap optimal.
2. Kapan waktu terbaik menyemprot fungisida?
Pagi atau sore hari saat sinar matahari tidak terlalu terik dan angin tidak kencang.
3. Apakah fungisida bisa dicampur dengan pestisida lain?
Sebagian bisa, tetapi wajib cek label dan lakukan uji campur skala kecil sebelum digunakan luas.
4. Berapa kali tanaman boleh disemprot fungisida?
Ikuti anjuran label: frekuensi, interval semprot, dan jumlah aplikasi maksimum per musim/tahun.
5. Apa bedanya fungisida kontak dan sistemik?
Kontak melindungi permukaan tanaman yang terkena semprotan, sistemik diserap dan bergerak di dalam tanaman.
6. Apakah fungisida aman untuk sayuran konsumsi?
Aman jika dosis sesuai, aturan digunakan diikuti, dan panen dilakukan setelah melewati masa tunggu (PHI).
7. Bagaimana cara memastikan penyakit tanaman disebabkan jamur?
Periksa gejala, bandingkan dengan referensi penyakit, dan bila perlu konsultasikan ke ahli.
8. Apakah semua fungisida cocok untuk semua tanaman?
Tidak. Setiap produk punya daftar tanaman sasaran dan penyakit spesifik di labelnya.
9. Adakah alternatif fungisida yang lebih ramah lingkungan?
Ada, seperti fungisida organik dan hayati. Efektivitasnya bergantung pada ketepatan penggunaan dan kondisi lapang.
10. Apa risiko menggunakan fungisida berlebihan pada tanaman?
Tanaman bisa rusak, jamur menjadi kebal, residu kimia meningkat, dan risiko kesehatan bagi manusia serta lingkungan bertambah.
Semoga bermanfaat! Salam tetanam!
jak@tetanam








