Tanaman hanjeli atau Coix lacryma-jobi L. merupakan salah satu komoditas pangan lokal Indonesia yang memiliki potensi besar namun belum banyak dikenal masyarakat luas. Tanaman serealia ini menghasilkan biji-bijian bernutrisi tinggi yang dapat menjadi alternatif pangan sehat di masa depan.
Hanjeli termasuk dalam keluarga rumput-rumputan (Poaceae) yang tumbuh sebagai tanaman semusim atau tahunan. Masyarakat Indonesia mengenal tanaman ini dengan berbagai nama daerah yang mencerminkan kekayaan budaya lokal. Di Jawa Barat, masyarakat menyebutnya “jali” atau “jali-jali”. Sementara itu, masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur lebih familiar dengan sebutan “jelai” atau “hanjeli”.
Beragam nama daerah lainnya tersebar di seluruh nusantara. Masyarakat Sunda menyebutnya “jali hideung”, sedangkan di Bali dikenal sebagai “jali” atau “kasur-kasur”. Di Sumatra, tanaman ini mendapat sebutan “sikapa” atau “jelai”, sementara masyarakat Sulawesi mengenalnya dengan nama “jagung mutiara” atau “beras mutiara”. Keberagaman nama ini menunjukkan bahwa hanjeli telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Daftar isi:
Klasifikasi Taksonomi Tanaman Hanjeli
Pemahaman taksonomi hanjeli sangat penting untuk mengetahui posisi tanaman ini dalam dunia botani. Berikut adalah klasifikasi lengkap tanaman hanjeli:
Kerajaan (Kingdom): Plantae
Divisi (Division): Magnoliophyta
Kelas (Class): Liliopsida
Ordo (Order): Poales
Famili (Family): Poaceae
Genus: Coix
Spesies: Coix lacryma-jobi L.
Taksonomi ini menempatkan hanjeli dalam keluarga besar Poaceae bersama dengan tanaman serealia penting lainnya seperti padi, jagung, dan gandum. Posisi taksonominya menunjukkan bahwa hanjeli memiliki karakteristik botanis yang mirip dengan tanaman pangan utama dunia.

Baca Juga:
- Pengelompokan Tanaman: Metode yang Digunakan Para Ahli
- Tanaman Pangan: Ciri, Jenis, dan Strategi Pengembangannya
- Tanaman: Mengungkap Pentingnya Kehadiran Flora
Karakteristik Morfologi Tanaman Hanjeli
Mengenal morfologi hanjeli akan membantu kita memahami karakteristik fisik tanaman yang unik ini. Setiap bagian tanaman memiliki ciri khas yang membedakannya dari tanaman serealia lainnya.
Sistem Perakaran
Akar hanjeli tergolong akar serabut yang dangkal namun menyebar luas. Sistem perakaran ini memungkinkan tanaman menyerap nutrisi dan air dari lapisan tanah yang luas. Akar utama dapat mencapai kedalaman 50-80 cm, sedangkan akar lateral menyebar hingga radius 30-40 cm dari batang utama.
Struktur Batang
Batang hanjeli berbentuk bulat dengan ruas-ruas yang jelas terlihat. Tinggi tanaman dewasa berkisar antara 1-3 meter, tergantung varietas dan kondisi lingkungan. Batang memiliki diameter 1-2 cm dengan permukaan yang halus dan berwarna hijau hingga kecoklatan pada bagian bawah.
Karakteristik Daun
Daun hanjeli memiliki bentuk pita dengan ujung meruncing dan pangkal memeluk batang. Panjang daun mencapai 30-60 cm dengan lebar 2-5 cm. Permukaan daun berwarna hijau dengan tulang daun yang jelas terlihat. Susunan daun berselang-seling pada batang dengan sudut sekitar 180 derajat.
Struktur Bunga
Bunga hanjeli tergolong bunga majemuk berbentuk malai yang muncul di ujung batang. Panjang malai mencapai 15-30 cm dengan bunga jantan dan betina terpisah pada satu tanaman (monoecious). Bunga jantan terletak di bagian atas malai, sedangkan bunga betina berada di bagian bawah.
Buah dan Biji
Buah hanjeli merupakan ciri paling khas dari tanaman ini. Buah berbentuk bulat telur dengan cangkang keras berwarna putih hingga coklat kehitaman. Diameter buah sekitar 6-8 mm dengan lubang kecil di bagian ujung. Di dalam cangkang keras terdapat biji yang dapat dikonsumsi dengan warna putih hingga kekuningan.

Asal Usul dan Sebaran Geografis Hanjeli
Penelitian menunjukkan bahwa hanjeli berasal dari kawasan Asia Tenggara, khususnya daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini telah menyebar ke berbagai negara di Asia, Afrika, dan Amerika melalui jalur perdagangan dan migrasi manusia.
Di Indonesia, hanjeli tumbuh secara alami di berbagai daerah mulai dari dataran rendah hingga ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut. Sebaran alami tanaman ini meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia, dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, hingga Papua. Namun, konsentrasi tertinggi terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Kondisi iklim tropis Indonesia sangat mendukung pertumbuhan hanjeli. Curah hujan 1.000-2.000 mm per tahun dengan distribusi yang merata sepanjang tahun menjadi faktor utama keberhasilan budidaya tanaman ini. Selain itu, suhu rata-rata 25-30°C dan kelembaban udara 70-80% menciptakan lingkungan ideal untuk pertumbuhan hanjeli.
Syarat Tumbuh Tanaman Hanjeli
Kondisi Habitat Alami
Dalam habitat aslinya, hanjeli tumbuh optimal pada tanah dengan pH 6,0-7,5 yang memiliki drainase baik namun tetap mampu menyimpan kelembaban. Tanaman ini toleran terhadap berbagai jenis tanah, mulai dari tanah liat hingga tanah berpasir, asalkan kandungan bahan organiknya cukup.
Hanjeli membutuhkan sinar matahari penuh untuk pertumbuhan optimal. Tanaman ini dapat tumbuh di area terbuka dengan intensitas cahaya tinggi sepanjang hari. Namun, pada fase awal pertumbuhan, hanjeli memerlukan sedikit naungan untuk melindungi bibit dari sinar matahari langsung yang terlalu intens.
Teknik Budidaya Pertanian
Budidaya hanjeli dalam sistem pertanian modern memerlukan perhatian khusus terhadap berbagai aspek teknis. Persiapan lahan dimulai dengan pembajakan tanah sedalam 20-30 cm untuk memastikan aerasi dan drainase yang baik.
Pola tanam hanjeli umumnya menggunakan sistem tugal (menggunakan alat tanam pelubang tanah sperti pada tanaman jagung) dengan jarak tanam 40 x 40 cm atau 50 x 50 cm. Setiap lubang tanam berisi 3-4 biji dengan kedalaman 2-3 cm. Teknik ini memungkinkan setiap tanaman mendapat ruang tumbuh yang cukup dan memudahkan perawatan.
Pemupukan hanjeli memerlukan kombinasi pupuk organik dan anorganik. Pada fase awal, tanaman membutuhkan nitrogen tinggi untuk pertumbuhan vegetatif. Memasuki fase generatif, kebutuhan fosfor dan kalium meningkat untuk pembentukan buah. Dosis pemupukan umumnya 100-150 kg N/ha, 75-100 kg P2O5/ha, dan 50-75 kg K2O/ha.
Pengendalian gulma menjadi aspek penting karena hanjeli memiliki pertumbuhan awal yang lambat. Penyiangan dilakukan 2-3 kali selama masa pertumbuhan, yaitu pada umur 3-4 minggu, 6-7 minggu, dan 10-11 minggu setelah tanam.

Kandungan Nutrisi Hanjeli
Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa biji hanjeli memiliki komposisi nutrisi yang sangat baik untuk kesehatan manusia. Menurut studi yang dipublikasikan dalam Journal of Food Science and Technology (2019), kandungan protein hanjeli mencapai 15-18%, lebih tinggi dibandingkan beras padi yang hanya 7-8%.
Kandungan karbohidrat hanjeli sekitar 65-70% dengan indeks glikemik yang relatif rendah, membuatnya cocok untuk penderita diabetes. Lemak dalam hanjeli mencapai 5-7%, dimana sebagian besar merupakan asam lemak tak jenuh yang baik untuk kesehatan jantung.
Aspek mikronutrien hanjeli juga sangat menarik. Kandungan zat besi mencapai 2,8 mg/100g, jauh lebih tinggi daripada beras padi (0,8 mg/100g). Selain itu, hanjeli kaya akan kalsium (54 mg/100g), fosfor (265 mg/100g), dan magnesium (165 mg/100g).

Tabel Komposisi Nutrisi Hanjeli
Berikut adalah rangkuman lengkap kandungan nutrisi hanjeli per 100 gram biji kering dibandingkan dengan beras padi putih (Oryza sativa):
Komponen Nutrisi | Hanjeli (per 100g) | Beras Padi Putih (per 100g) | Keunggulan Hanjeli |
---|---|---|---|
Makronutrien | |||
Energi (kkal) | 351 | 365 | Lebih rendah kalori |
Protein (g) | 15-18 | 7-8 | 2x lebih tinggi |
Karbohidrat (g) | 65-70 | 78-80 | Indeks glikemik rendah |
Lemak (g) | 5-7 | 0,5-1 | Kaya asam lemak sehat |
Serat (g) | 8-12 | 1,3 | 6x lebih tinggi |
Mineral | |||
Zat Besi (mg) | 2,8 | 0,8 | 3,5x lebih tinggi |
Kalsium (mg) | 54 | 28 | 2x lebih tinggi |
Fosfor (mg) | 265 | 115 | 2,3x lebih tinggi |
Magnesium (mg) | 165 | 25 | 6,6x lebih tinggi |
Kalium (mg) | 280 | 115 | 2,4x lebih tinggi |
Zinc (mg) | 2,1 | 1,1 | 2x lebih tinggi |
Vitamin | |||
Vitamin B1 (mg) | 0,15 | 0,07 | 2x lebih tinggi |
Vitamin B2 (mg) | 0,04 | 0,016 | 2,5x lebih tinggi |
Niacin (mg) | 3,2 | 1,6 | 2x lebih tinggi |
Penelitian yang dipublikasikan dalam Food Chemistry Journal (2020) mengidentifikasi keberadaan senyawa bioaktif dalam hanjeli, termasuk flavonoid, fenol, dan antioksidan. Senyawa-senyawa ini memberikan efek anti-inflamasi dan dapat membantu mencegah berbagai penyakit degeneratif.
Tabel di atas menunjukkan keunggulan nutrisi hanjeli yang luar biasa dibandingkan beras padi putih (Oryza sativa). Kandungan protein yang tinggi menjadikan hanjeli sebagai sumber protein nabati yang bagus, terutama untuk vegetarian dan vegan. Sementara itu, kandungan serat yang tinggi mendukung kesehatan pencernaan dan membantu mengontrol kadar gula darah.
Baca Juga:
- 5 Jenis Tanaman Pangan di Dunia yang Menjadi Makanan Pokok
- Tanaman Gayam: Keajaiban Alam yang Multiguna
- Tanaman Palem: Dari Hias, Industri serta Pangan
Prospek Hanjeli sebagai Tanaman Pangan Masa Depan
Potensi hanjeli sebagai alternatif pangan masa depan sangat menjanjikan mengingat berbagai keunggulan yang dimilikinya. Adaptabilitas tinggi terhadap perubahan iklim menjadikan hanjeli sebagai tanaman yang resilient dalam menghadapi tantangan global warming.
Dari aspek ekonomi, budidaya hanjeli memiliki input cost yang relatif rendah dibandingkan tanaman pangan lainnya. Tanaman ini tidak memerlukan pengairan intensif seperti padi dan dapat tumbuh pada lahan marginal yang tidak cocok untuk tanaman pangan utama.
Diversifikasi pangan menjadi isu strategis dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Hanjeli dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada beras dan gandum impor. Pengembangan produk olahan hanjeli seperti tepung, mi, dan berbagai makanan siap saji dapat menciptakan peluang bisnis baru.
Tantangan utama pengembangan hanjeli terletak pada aspek promosi dan edukasi masyarakat. Sosialisasi tentang manfaat nutrisi dan cara pengolahan hanjeli perlu ditingkatkan agar masyarakat mulai menerima dan mengonsumsi produk ini.
Dukungan pemerintah melalui program penelitian, subsidi benih, dan bantuan teknis bagi petani menjadi kunci keberhasilan pengembangan hanjeli. Kolaborasi antara institusi penelitian, industri pengolahan pangan, dan petani akan menciptakan ekosistem yang mendukung berkembangnya komoditas ini.
Masa depan hanjeli sebagai superfood Indonesia sangat cerah. Dengan kandungan nutrisi yang superior dan adaptabilitas tinggi, hanjeli berpotensi menjadi solusi pangan berkelanjutan untuk generasi mendatang. Langkah strategis dalam pengembangan teknologi budidaya, pengolahan, dan pemasaran akan menentukan keberhasilan transformasi hanjeli dari tanaman lokal menjadi komoditas pangan global.
Salam tetanam!